(Memperingati Hari Santri Nasional)
“Bhineka Tunggal Ika” merupakan
sebuah kalimat yang selalu di pegang erat dan di bawa oleh burung Garuda,
hingga Sabang-Merauke slogan ini akan melekat dalam diri kita. Keberagaman
bangsa Indonesia adalah sebuah mukjizat
dan anugrah terbesar dari Tuhan YME,
karena dengan adanya keberagaman kita dapat belajar tentang alam, sosial dan
budaya mereka. Agama Islam, Kristen, Budha, Hindu, Nasrani dan Kong Huchu merupakan
perbedaan diantara kita. Suku Jawa, Sunda, Papua dan Melayu adalah prularisme
bangsa Indonesia.
“Perbedaan merupakan Berkah” kata-kata
inilah yang dikeluarkan KH. Abdurahman Wachid (Gus Dur) presiden ke empat kita,
memang benar apa yang dikatakannya. Dengan adanya perbedaan akan mengajarkan
kita untuk bergaul dengan sesama, baik yang muda ataupun yang tua. Toleransi
pun akan terjalin dengan kuat dan mayoritas pun harus menghargai minoritas.
Masyarakat
Islam sebagai mayoritas di Indonesia harus menjunjung tinggi kiat-kiat Ahlussunnah Wal Jamaah, yakni dengan Tasamuh, Tafahum, Taawun, Tawasuth dan Taaruf. Dengan sendi-sendi tersebut
akan menjadikan masyarakat Indonesia menjadi bagsa yang kuat dalam mengahadapi
musuh dari dalam ataupun dari luar sekalipun.
Para
Ulama’, Kiai dan Santri terus berjuang mati-matian dalam mensosialisasikan lima sendi tersebut kepada
umat Islam Nusantara khususnya dan masyarakat Indonesia pada Umumnya. Sehingga
pada tanggal 22 Oktober pemerintah Indonesia menetapkan sebagai Hari Santri
Nasional (HARSANNAS), sebagai awal semangat muda para santri dalam berdakwah
dan meraih ke arah cita-cita bangsa.
Santri
merupakan tolak ukur kesuksesan negeri ini, dengan adanya santri sebagai control of Power, control of sosial and
control of change. Negeri ini akan bebas dari kejahatan KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme),
Criminalisme dan Imperalisme.
NAMA :
MUHAMAD JAMALUDDIN
NIM :
G94216187
PRODI :
EKONOMI SYARIAH 2016 “A”